Sabtu, 02 Oktober 2021

Kiai (Mbah) Maimoen Zubair

Foto Nasionalisme

Sekitar tahun 2018 saya berkesempatan sowan ke ndalem beliau Syaikhona KH. Maimoen Zubair yang berada di Karangmangu Sarang Rembang. Saat itu tamu beliau sangat banyak hampir tidak ada space lagi buat tamu yang mau sowan. 

Ceritanya pada hari raya idul fitri yang ke-5 seperti biasa saya baru pulang dari Malang ke Jepara menggunakan bus pantura dan saya mampir di ponpes Anwar 3 ponpes yang di asuh oleh putra mbah Moen yaitu Gus Ghofur dan kebetulan sahabat saya adalah khodam beliau yang ingin saya temui kala itu untuk berjumpa dan sekedar istirahat. 

Setibanya waktu sore saya ingin melanjutkan perjalanan ke barat namun hanya nasib yang saya dapatkan karna tak kunjung tiba bus yang ditunggu melaju ke arah Jepara, akhirnya saya meminta sahabat saya untuk mengantarkan untuk sowan mbah Moen malam itu. 
Foto kedua ini hasil foto saya sowan di ndalem beliau dengan cara diam diam karna malam itu meskipun sampai larut malam kira kira jam 10 masih saja ramai tamu tamu beliau hingga sulit untuk berfoto dengan mbah Moen langsung dan akhirnya saya hanya bersalaman saja untuk mengakhiri sowan itu. 

Moment yang tak terlupakan ketika sowan ialah ketika Mbah Moen memarahi salah satu santri ndalem beliau karna kang santri menutup pintu rumah yang masih banyak tamu tanpa se izin beliau, seketika saya ingat bahwa beliau memang sangat suka jika ada orang yang bertamu ke rumah beliau.

Alfatihah 🙏🏻🙇🏼‍♂️

#santrigayeng

Selasa, 24 Agustus 2021

BERDIKARI SELAMANYA

Berdikari Selamanya 

Gagah berdiri berzirah trisakti
Pikiran ranum ciptakan cipta
Tangan terampil ciptakan cita
Swasembada untuk selama lamanya
Merdeka di peradaban sendiri berkehendak bebas tanpa paksa penindas
Engkau garuda perkasa
Berdikari untuk selamanya

Bantu tani sediakan pangan bagi negara
Tolong nelayan susuri laut memanen kaya isi samudra
Manusiakan buruh yang berpeluh
memberi industri sebuah ruh
Semai industri dan usaha mandiri 
Negara kuat, berdikari untuk hebat

Berdikari sekali lagi, berdiri sama tinggi
Meninggi berenergi
Menciptakan peradaban, merdeka dari ragam penjajahan
Engkau indonesia perwira
Berdikari untuk selamanya

Negeri retorika 

Di mimbar lantang berdiri di bawah kaki sendiri
Turun podium kaki negri pincang 
Di topang bangsa orang

NKRI senantiasa harga mati
Lepas megafon NKRI di tawar oleh banyak negri
Di negoisasi siap di beli

Pancasila harus selalu hidup
Turun panggung falsafah dikubur hidup - hidup
Angkaramurka dibiarkan berdegup

Sejahterkan kaum buruh
Lepas kampanye buruh sengsara dan dipaksa 
Berpeluh hingga subuh

Kemanusiaan bagi seluruh manusia
Usai pidato manusia terampas kemanusiaannya
Cuek cuek saja

Negeri retorika, kaya canda. KNTL

(16 ags 21 RnDs klayatan tanah anarki, Malang).

Jumat, 26 Februari 2021

Jowo Ilang Jawane



Hindia belanda ada sejak dulu sampai kini, namun namanya sudah tidak demikian. 

Gak tau kenapa saya lebih nyaman saat menggunakan penutup kepala berupa Blangkon. Terlebih saat di mintai derekkan Gus saya berplat no polisi N 114 M. Saya merasa bangga dan 

Sabtu, 16 Januari 2021

Nyantri Bukan Nyentrik

Lasem

Ada yang tertarik dan ada yang biasa saja pada dunia relegi. Khususnya pada pondok pesantren, hmm memang tidak asing lagi pada sebutan itu. Sekarang zamannya sudah zaman modern tidak dipungkiri lagi dunia pesantren sekarang pun ikut mengikuti system modern, mungkin dengan tujuan menarik perhatian para calon santri yang ingin mondok di pesantren agar betah di pesantren.

Mengapa ingin mondok?

Sejak MI Madrasah Ibtidaiyah tepatnya saya duduk di kelas dua sudah mulai  mengenal dunia religius atau pondok. Dengan inisitifku sendiri saya diam-diam tanpa izin kedua orang tua pergi mondok di salah satu Ponpes dekat sekolah.

Salah satu teman yang membantu mengantar pergi mondok itu adalah putra pengasuh pondok tersebut. maka dari itu